Pengendalian
Erosi Tanah Dalam Rangka Pelestarian Lingkungan Hidup
‘Afifah
PMI
(Pengembangan Masyarakan Islam)
Abstrak
Tanah
bisa mengalami kerusakan, bahkan tanah termasuk wujud alam yang mudah mengalami
kerusakan. Pada peristiwa erosi, bagian-bagian tanah dari suatu tempat akan
terkikis dan terangkut yang kemudian di endapkan pada suatu tempat lain. Tanah yang mengalami longsor itu di picu
oleh hujan lebat, lereng gunung yang gundul dan dan rapuhnya bebatuan sehingga
tanah tidak mampu menahan air, proses terjadinya longsor disebabkab air yang
meresap kedalam tanah akan menambah bobot tanah. Jika air tersebut menembus
sampai kedalam tanah, maka kedapan air yang berperan sebagai gelincir akan
menjadi tanah yang licin dan tanah pelapukan diatasnya akan bergerak mengikuti
lereng dan keluar lereng. Adapun tindakan-tindakan yang dapat dilakukan untuk
mengendalikan erosi antara lain sebagai berikut. (1) Pengaturan
penggunaan lahan, (2)Usaha-usaha pertanian, antara lain:
1)
Pengolahan
tanah menurut kontur (garis bentuk)
2)
Cocok
tanam pias (strip cropping)
3)
Memperkuat
ujung alur sungai erosi atau polongan (gully)
4)
Penutupan
alur erosi
5)
Sumuran
penampung air
Kata
kunci: erosi, lingkungan hidup, longsor, penebangan
hutan,
tanah.
I.
Pendahuluan
A.
Latar Belakang
Negara
kita Indonesia sering kali mengalami berbagai macam bencana alam yang datang
silih berganti, seperti banjir, tanah longsor, gempa bumi dan lain-lain. Akibat
kejadian-kejadian alam yang yang banyak merenggut nyawa manusia dan membuat
orang kehilangan tempat tinggal sehingga membuat saudara-saudara kita menangis
histeris dan terguncang jiwanya.
Bencana
alam seperti tanah longsor disebabkan adanya erosi tanah akibat tanah gundul
yang tidak dapat menahan air yang turun ke bumi dengan jumlah yang sangat
besar.
Permukaan
kulit bumi akan selalu mengalami erosi, disuatu tempat akan terjadi pengikisan
sementara ditempat lainnya akan terjadi penimbuan, sehingga bentuknya akan
selalu berubah sepanjang masa. Peristiwa ini terjadi secara alamiah dan
berlangsung sangat lambat.
B. Rumusan
Masalah
Dari latar belakang di atas,
masalah yang dapat dirumuskan adalah bagaimana cara menanggulangi erosi tanah
agar lingkungan hidup tetap lestari?
C.
Tujuan Pembahasan
Adapun
tujuan pembahasan dalam masalah ini yakni untuk mengidentifikasikan
pengendalian erosi tanah.
II. Pembahasan
A.
Pengertian Erosi
Menurut
Dr. Ir. Wani Hadi Utomo (1983:21) “Erosi adalah suatu peristiwa hilang atau
terkikisnya tanah atau bagian tanah dari suatu tempat lain, baik disebabkan
oleh pergerakan air atau pun angin.”
Menurut
suripin (2004:6)
“erosi adalah suatu proses hilangnya lapisan permukaan tanah atas, baik disebabkan
oleh pergerakan air maupun angin.”
Menurut
Alibasyah (1996:1) “erosi tanah adalah proses penghanyutan tanah dan merupakan
gejala alam yang wajar dan terus berlangsung selama ada aliran permukaan.”
Jadi,
erosi tanah adalah suatu gejala tanah yang hilang karena disebabkan oleh pergerakan
air maupun angin yang barlangsung selama ada aliran permukaan.
B.
Bentuk-bentuk Erosi
Suripin (2004:31-38) berdasarkan bentuknya erosi dibagi menjadi:
1.
Erosi percikan
Erosi percikan
terlepas dan terlemparnya butir-butir tanah dari sejumlah besar tanah yang
dikumpulkan akibat pukulan butiran air hujan secara langsung. Tanda-tanda nyata adanya erosi percik pada musim hujan dapat kita lihat
pada permukaan daun yang terdapat partikel tanah, adanya batuan kerikil di atas
lapisan tanah.
2.
Erosi aliran permukaan
Erosi aliran
permukaan itu terjadi jika lamanya hujan melebihi daya serap simpan air tanah.
3.
Erosi alur
Erosi alur ini
terbentuk pada jarak tertentu sampai kearah bawah lereng sebagai akibat
kekuatan aliran permukaan sehingga terbentuk alur-alur kecil.
4.
Erosi parit/selokan
Pada dasarnya
erosi parit ini dianggap sebagai perkembangan lanjut dari erosi alur
5.
Erosi tebing
Erosi tebing ini
terjadi akibat pengikisan atau menghilangkan tebing oleh air yang mengalir dari
bagian atas tebing yang kuat.
6.
Erosi internal
Erosi internal
yaitu terbawanya butiran-butiran tanah masuk kedalam celah akibat aliran bawah
permukaan.
7.
Tanah longsor
Tanah longsor
merupakan bentuk erosi yang pengangkutan sejumlah besar tanahnya itu terjadi
karena volume yang relative besar.
C.
Faktor Yang Mempengaruhi Erosi
Erosi
berawal karena terjadinya penghancuran pengumpulan sejumlah benda yang terpisah
akibat ketukan air hujan yang memiliki energi lebih besar di banding daya tahan
tanah. Penghancuran tanah akan menghambat lubang-lubang tanah, maka daya serap
perembasan tanah akan menurun dan mengakibatkan airnya meng alir di
permukaan tanah. Permukaan tanah memiliki energi untuk mengikis dan mengangkat butir-butir
tanah yang telah hancur. Ketika tenaga limpasan sudah tidak mampu lagi
mengangkut butir-butir hancuran tersebut, maka butir-butir ini akan diendapkan.
Wani
hadi utomo (1989:21-28) pada dasarnya erosi di pengaruhi oleh
iklim. Faktor iklim yang berpengaruh terhadap erosi antara lain hujan,
temperatur, angin, kelembaban, dan pemancaran matahari. Dari faktor-faktor
tersebut hujan merupakan factor yang paling dominan. Manusia,
dapat berperan sebagai faktor cepatnya laju erosi karena manusia dapat melakukan
kesalahan dalam pengelolaan lingkungan seperti penambangan, eksploitasi hutan,
pengerukan tanah dan lain sebagainya. Pangaruh erosi selanjutnya
yaitu sifat tanah. Faktor
sifat tanah ini adalah tekstur, struktur, bahan organik, dan tingkat kesuburan
tanah, dan faktor
terakhir dipengaruhi oleh panjang lereng.
D.
Dampak Erosi
Suripin
(2004:22) melihat
adanya penghancuran pengumpulan benda akibat air hujan yang memiliki energi
besar maka timbul dampak erosi terhadap kesuburan tanah, air hanya dapat mengalir apabila
jumlahnya itu lebih besar dibanding kemampuan tanah untuk mencampurtangankan
air ke lapisan yang lebih dalam. Dengan menurunya keadaan menjadi bentuk tanah,
karena sebagian butir-butir tertutup oleh tanah yang halus, maka lajunya
semakin berkurang, akibatnya aliran air dipermukaan akan semakin bertambah
banyak. Aliran air dipermukaan mempunyai akibat yang penting karena lebih
banyaknya air yang mengalir maka akan semakin banyak pula tanah yang
terkikis.
Dampak
terhadap erosi tanah lainnya yaitu menipisnya lapisan permukaan tanah bagian
atas, yang akan menyebabkan menurunnya kemampuan lahan. Selain itu erosi tanah
juga dapat memakan korban jiwa, seperti
tanah longsor yang menimpa salah satu diantara kita.
E.
Cara Pengendalian Erosi
Erosi
tanah berubah menjadi bahaya jika prosesnya berlangsung lebih cepat
lajunya pembentukan tanah. Erosi yang
mengalami percepatan secara berangsur-angsur akan menipiskan tanah.
Adapun
tindakan-tindakan yang dapat dilakukan untuk mengendalikan erosi antara lain sebagai
berikut.
1.
Pengaturan penggunaan lahan
2.
Usaha-usaha pertanian, antara lain:
6)
Pengolahan
tanah menurut kontur (garis bentuk)
7)
Cocok
tanam pias (strip cropping)
8)
Memperkuat
ujung alur sungai erosi atau polongan (gully)
9)
Penutupan
alur erosi
10)
Sumuran
penampung air
Selain
tindakan yang tertera diatas, ada cara penanggulangan lain seperti: tidak
menebangi hutan, menanami
pohon-pohon seperti bambu, akar wangi dan tumbuhan lainnya yang bisa menyimpan air, dan memecah ombak-ombak yang
besar dengan cara membuat benteng atau karung buatan.
F.
Pengertian
Tanah
Utomo Hadi Wani (dalam Friedrich Fallou 1855:
16) ahli geologi. Tanah sebagai hasil
pelapukan oleh waktu yg mengikis batuan keras dan lambat laun akan terjadi
dekomposisi menjadi masa tanah yang kompak
Wegner (1918: 27) Tanah
adalah lapisan hitam tipis yang menutupi bahan padat bumi yang merupakan partikel kecil yang mudah
remah, sisa vegetasi dan hewan, dimana tumbuhan bertempat kedudukan,
berakar, tumbuh dan berbuah.
G. Jenis-jenis Tanah
Perbedaan interaksi antara
faktor-faktor pembentuk tanah menyebabkan tanah memiliki berbagai macam jenis.
Di Indonesia, jenis-jenis tanah diklasifikasikan
sebagai berikut:
1. Tanah
Organosol atau Tanah Gambut
Tanah ini terbentuk dari
pembusukan bahan induk organik dari hutan rawa dengan warna cokelat atau cokelat
hitam, bertekstur debu-lempung, tidak berstruktur dan konsistensi tidak lekat
sampai dengan agak lekat, derajat keasamannya tinggi dan kandungan unsur hara
rendah sehingga tidak cocok untuk bahan pertanian maupun perkebunan. Tanah
jenis ini banyak terdapat di Pulau Sumatra, Kalimantan dan Papua.
2. Tanah
Aluvial
Tanah aluvial tergolong jenis
tanah muda yang belum mengalami perkembangan. Tanah ini berasal dari bahan
induk aluvium, tekstur beraneka ragam yang belum berstruktur. Adapun
konsistensi tanah dalam keadaan basah lekat, pH bermaca-mmacam dan kesuburannya
berkisar antara sedang hingga tinggi. Tanah jenis ini banyak terdapat pada
tanah datar di sungai, laut maupaun daerah cekungan (depresi).
3. Tanah
Regosol
Tanah regosol ini masih muda dan
belum mengalami diferensiasi horizon. Selain itu tanah ini bertekstur pasir,
struktur berbukit tunggal, konsistensi lepas-lepas, pH umumnya netral,
kesuburan sedang dan berasal dari bahan induk material vulkanik piroklastis
atau pasir pantai. Tanah ini banyak terdapat di daerah Sumatra bagian timur dan
barat, Jawa, Bali dan Nusa Tenggara.
4. Tanah
Litosol
Tanah litosol memiliki lapisan
tanah yang tidak begitu tebal dan berbatu-batu atau berkerikil dengan kedalaman
tanah dangkal (Tanah litosol memiliki lapisan tanah yang tidak begitu tebal dan
berbatu-batu atau berkerikil dengan kedalaman tanah dangkal)
5. Tanah
Latosol
Tanah latosol telah mengalami
perkembangan atau terjadi diferensiasi horizon, kedalaman tanah dalam, tekstur
lempung, struktur remah sampai gumpal, konsistensi gembur sampai agak teguh,
warna cokelat, merah, sampai kuning. Tanah ini terbentuk dari batuan gunung api
kemudian mengalami proses pelapukan lanjut. Tanah jenis ini terdapat di daerah
beriklim basah, curah hujan lebih dari 300 mm/tahun, dan ketinggian tempat
berkisar 300–1.000 meter.
6. Tanah
Grumusol
Tanah gramusol berasal dari batu
kapur, batuan lempung, tersebar di daerah iklim subhumid atau subarid, dan
curah hujan kurang dari 2.500 mm/tahun. Selain itu tanah ini merupakan tanah
mineral yang memiliki perkembangan profil, agak tebal, tekstur lempung berat,
struktur granular di lapisan atas dan gumpal sampai pejal di lapisan bawah,
konsistensi jika basah sangat lekat dan plastis, jika kering tanah ini
akan sangat keras dan retak-retak. Selain itu tanah ini memiliki kejenuhan basa,
permeabilitas lambat dan peka terhadap erosi.
7. Tanah
Podsolik
Tanah ini berasal dari batuan
pasir kuarsa, tersebar di daerah beriklim basah tanpa bulan kering, curah hujan
lebih 2.500 mm/tahun. Tekstur lempung hingga berpasir, kesuburan rendah hingga sedang,
warna merah dan kering.
8. Tanah
Podsol
Jenis tanah ini telah mengalami
perkembangan profil, tekstur lempung sampai pasir, struktur gumpal, konsistensi
lekat, kandu ngan pasir kuarsanya tinggi, sangat asam, kesuburan rendah,
kapasitas pertukaran kation sangat rendah dan peka terhadap erosi.
Penyebarannya di daerah beriklim basah dengan curah hujan lebih dari 2000
mm/tahun. Terdapat di daerah Kalimantan Tengah, Sumatra Utara dan Papua.
9. Tanah
Andosol
Jenis tanah ini merupakan jenis tanah dengan kandungan mineral yang telah
mengalami perkembangan profil, solum agak tebal, warna agak cokelat kekelabuan
sampai hitam, kandungan organik tinggi, tekstur geluh berdebu, struktur remah,
konsistensi gembur dan bersifat licin berminyak agak asam, kejenuhan basa
tinggi dan daya absorpsi sedang, kelembapan tinggi, permeabilitas sedang, serta
peka terhadap erosi.
10. Tanah
Mediteran Merah Kuning
Tanah jenis ini berasal dari batuan kapur keras (limestone). Penyebaran di
daerah beriklim subhumid, topografi karst dan lereng vulkan dengan
ketinggian di bawah 400 m. Warna tanah cokelat hingga merah. Khusus tanah
mediteran merah kuning di daerah topografi karst disebut ”Terra Rossa”.
11. Hidromorf
Kelabu
Jenis tanah ini perkembangannya lebih dipengaruhi oleh faktor lokal yaitu
topografi yang berupa dataran rendah atau cekungan, hampir selalu tergenang
air, dan warna kelabu hingga kekuningan.
H.
Analisis
Dari berbagai masalah erosi yang tertera diatas dapat
diketahui bahwa erosi merupakan gejala tanah yang hilang karena
disebabkan oleh pergerakan air maupun angin yang barlangsung selama ada aliran
permukaan. negara kita yang
sering terkena bencana seperti tanah longsor dan banjir itu dikarenakan adanya erosi
tanah yang menyebabkan kerusakan lingkungan, untuk itu kita sebagai manusia
harus bisa melestarikan lingkungan hidup agar tidak terjadi bencana.
III. Penutup
A.
Simpulan
Berdasarkan
uraian di atas, dapat disimpulakan bahwa erosi adalah suatu gejala tanah yang
hilang karena disebabkan oleh pergerakan air maupun angin yang barlangsung
selama ada aliran permukaan.
Faktor
yang menyenabkan adanya erosi diantaranya Faktor iklim yang berpengaruh
terhadap erosi antara lain hujan, temperatur, angin, kelembaban, dan pemancaran
matahari, sifat tanah, dan manusia, karena faktor tersebut menyebabkan tanah
menjadi longsor. Jika hal itu terjadi di daerah dekat pemukiman penduduk maka
akan berakiibat fatal sehingga rumah penduduk tertimbun tanah dan dapat memakan
korban jiwa.
B.
Saran
Penyusun menyadari bahwasannya
dalam penulisan makalah ini banyak memiliki kekurangan. Namun inilah yang dapat
diberikan, penyusun telah berusaha semaksimal mungkin dalam menyusun makalah
ini. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan adanya saran dari rekan-rekan
maupun dari dosen pengampu. Karena dengan adanya saran dapat membantu agar
lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
http://ilearn.unand.ac.id/pluginfile.php/21126/mod_resource/content/1/DDIT-12-%20Erosi.pdf/
di akses 21 mei 2014 pukul 16.30 (Online)
http://www.siswapedia.com/klasifikasi-atau-jenis-jenis-tanah/#sthash.fq9YyBT6.dpuf/ di akses 24 Mei 2014 pukul 11.00 (online)
Rismunandar. 2007. Tanah dan seluk beluknya bagi pertanian. Sinar baru: Bandung.
Suripin, 2004.
Pelestarian sumber daya tanah dan air.
ANDI: Yogyakarta.
Supli Efendi
Rahim. 2006. pengendalian erosi tanah bumi.
aksara: Jakarta.
Utomo Hadi Wani. 1989. Konservasi tanah di Indonesia
suatu rekaman dan analisa. Rajawali pers: Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar